PERAWATAN MULUT DALAM MENCEGAH HALITOSIS PADA PASIEN STROKE DENGAN PENDEKATAN KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEKAR MUKTI BEKASI
Abstract
CARE MOUNT IN PREVENT HALITOSIS ON A PATIENT A STROKE WITH THE APPROACH OF THE FAMILY IN THE WORK ARE OF PUSKESMAS MEKAR MUKTI BEKASI THE YEAR 2020
Yana Setiawan*, Emelia Kristina H, Armi
Universitas Medika Suherman, Jl. Raya Industri Pasir Gombong Jababeka Cikarang Bekasi, Indonesia
Corresponding email: ners.armi@gmail.com
ABSTRACT
Halitosis as a common problem that nurses often find in patients, this is supported by the data obtained that in Japan from 2,762 respondents measured by monitoring Volatile Sulfur Compounds (VSCs) in the mouth, the prevalence of halitosis sufferers was 23%, while research in China of 2000 subjects, 27.5% had halitosis. If oral care is not carried out within 48 hours, the mouth will experience changes in the oropharyngeal flora from gram positive to gram negative, resulting in bad breath. Bad breath occurs due to changes in polysaccharides to acid, this happens because these substances are fermented by bacteria. The family approach is one of the strategies in the nursing approach that can be carried out on stroke patients who are already at home, especially in the working area of the Mekar Mukti Health Center, North Cikarang District, Bekasi Regency, the family's ability to perform oral care needs to be improved considering the limitations of the patient as a result of weakness or limitations associated with oral care. possessed so that halitosis (bad breath) can be minimized by using a solution.The planned outputs in this activity are leaflead products related to halitosis or bad breath and oral care videos. Implementation of the activity through several stages, namely licensing, FGD with partners related to the implementation of activities, and oral care for stroke patients.
Keywords : Oral Care, Halitosis, Stroke Patients
PERAWATAN MULUT DALAM MENCEGAH HALITOSIS PADA PASIEN STROKE DENGAN PENDEKATAN KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEKAR MUKTI BEKASI
ABSTRAK
Halitosis sebagai masalah umum yang sering perawat temukan pada pasien, hal ini didukung dari data yang di dapatkan bahwa di Negara Jepang dari 2.762 responden yang diukur melalui pemantauan Volatile Sulfur Compounds (VSCs) pada mulut didapatkan prevalensi penderita halitosis sebesar 23%, sedangkan penelitian di Cina dari 2000 subjek terdapat 27,5% mengalami halitosis. Jika perawatan mulut tidak dilakukan dalam waktu 48 jam maka pada mulut akan mengalami perubahan flora orofaringeal dari gram positif berubah menjadi gram negatif sehingga terjadi bau mulut. Bau mulut terjadi karena terjadinya perubahan polisakarida menjadi asam, hal ini terjadi karena zat tersebut diragikan oleh bakteri. Pendekatan keluarga merupakan salah satu strategi dalam pendekatan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien stroke yang sudah berada di rumah terutama di wilayah kerja Puskesmas Mekar Mukti Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan mulut perlu ditingkatkan mengingat keterbatasan pasien akibat dari kelemahan atau keterbatasan yang dimiliki sehingga halitosis (bau mulut) dapat diminimalkan dengan menggunakan larutan. Luaran yang direncanakan dalam kegiatan ini yaitu berupa produk leaflead terkait halitosis atau bau mulut dan video perawatan mulut. Pelaksanaan Kegiatan melalui beberapa tahap, yaitu Perijinan, FGD dengan Mitra terkait pelaksanaan kegiatan, dan perawatan mulut kepada pasien stroke.
Kata Kunci : Perawatan Mulut, Halitosis, Pasien Stroke
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Berry, et al. (2006). Beyond comfort: oral hygiene as a critical nursing activity in the intensive care unit. Intensive crit care nurs, 22, 318-28.
Ema. (2010). Perbedaan efektifitas antara chlorhexidine dengan povidone iodine sebagai oral hygiene pada penderita dengan ventilator mekanik di ICU yang dinilai dengan foto torax. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran FK Universitas Diponegoro.
Grap, et al. (2003). Oral care interventions in critical care: frequency and documentation. American Journal Critical Care, 12, 113.
Hariadi Putranto, M. (2014). Uji daya hambat ekstrak temulawak (curcuma xanthorrhiza roxb) terhadap salah satu bakteri bau mulut porphyromonas gingivalis. Universitas Hasanudin Makasar.
Huskinson et al. (2009). Oral health in hospitalized patients: assessment and hygiene. Nursing standar, 23, 43-7.
Jan Lindhe, (2008). Clinical periodontology and implant dentistry. Hongkong: Blackwell Munksgaard.
Kelly & Timmis, (2010). Review of the evidence to support oral hygiene in stroke patients. Nursing standard, 24, 35-8.
Kustiyuwati, (2012). Perbandingan efektifitas oral hygiene dengan menggunakan chlorhexidine dengan normal saline terhadap skor halitosis. FIK Program Magister Keperawatan Medikal Bedah. Universitas Indonesia.
Nyoman. (2011). Permen karet xylitol yang dikunyah selama 5 menit meningkatkan dan mempertahankan pH saliva perokok selama 3 jam. Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
Potter & Perry. (2010). Fundamental keperawatan. Edisi 7. (Adrina dkk, Penerjemah). Singapore: Elseiver.
Riskesdas. (2013). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan RI.
Susyanti, E. (2014). Pengaruh latihan range of motion (ROM) terhadap peningkatan kekuatan otot tangan dan kaki pada pasien stroke dengan hemiparese di RS TNI-AL Dr. Mintohardjo Jakarta. Stikes Sint Carolus, Jakarta.
Walton et al., (2001). Elder oral assessment and care medsurg nursing. Academy of Medical-Surgical Nurses (AMSN).
DOI: http://dx.doi.org/10.52031/jam.v3i1.295
Refbacks
- There are currently no refbacks.