BIJAK PENGGUNAAN MEDSOS DALAM PENCEGAHAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI SMK ARAS KOTA DEPOK
Abstract
ABSTRACT
Adolescence is a stage of growth after puberty to adulthood, and also a transition period from childhood to adulthood. According to the World Health Organization (WHO), adolescence is grouped at the age of 10-19 years, the adolescent group is a large population of the world's population (Situmorang, 2011). According to WHO (2003) about one-fifth of the world's population is in the 10-19 year group, where the population is 60% in the Asia Pacific region and one-fifth is the adolescent age group (Sianipar & Sinaga, 2020). The results of the Demographic and Health Survey (SDKI) in 2017, where male adolescents aged 15-19 years were around 3.6% and 20-24 years were around 14.0%. There are various reasons why male adolescents have sex, the three reasons with the largest percentage are reasons for mutual love as much as 46.1%, curiosity / curiosity as much as 34%, and it just happened as much as 15.4% (Wahyuni, 2019). Based on the results of a survey of risky sexual behavior in adolescents by the Indonesian Child Protection Commission (KPAI) in 2013 in 33 provinces, it was stated that 22.6% of adolescents in Indonesia had had sex and 62.7% of high school (SMA) adolescents were not virgins. KPAI in collaboration with the Child Protection Agency, in 2016 found that 97% had watched pornography, 93.7% admitted that they were no longer virgins and 21.26% had had abortions (Intan, 2018). Premarital sexual behavior is behavior that can have long-term negative impacts on adolescents, including psychological impacts, social impacts and physical impacts. Therefore, special attention is needed for adolescents, because if unhealthy sexual urges arise, it will lead to irresponsible sexual behavior and can damage the future of adolescents. Many factors influence premarital sexual behavior, including knowledge of reproductive health and sources of information (Nuryasita et al. 2022). Through this activity, it can provide further understanding and awareness of adolescents regarding the impacts of risky sexual behavior. This activity is carried out in an effort to provide knowledge to teenagers so that they have a positive self-concept in the form of religion and morals.
Keywords : Teenage behavior, sexual, risk
ABSTRAK
Remaja merupakan suatu tahapan pertumbuhan sesudah pubertas sampai dewasa, dan juga masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Menurut WHO masa remaja dikelompokkan pada usia 10-19 tahun, kelompok remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia (Situmorang, 2011). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) pada tahun 2017, dimana remaja pria umur remaja pria umur 15-19 tahun sekitar 3,6% dan umur 20-24 tahun sekitar 14,0%. Ada berbagai alasan remaja pria melakukan hubungan seksual, tiga alasan dengan persentase terbesar adalah alasan saling cinta sebanyak 46,1%, penasaran/ingin tahu sebanyak 34%, dan terjadi begitu saja sebanyak 15,4% (Wahyuni, 2019). Berdasarkan hasil survei perilaku seksual yang berisiko pada remaja oleh Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2013 di 33 Provinsi menyebutkan bahwa 22,6% remaja di indonesia pernah melakukan hubungan seks dan 62,7% remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak perawan. KPAI bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak, tahun 2016 menemukan bahwa 97% pernah menonton pornografi, 93,7% mengaku sudah tidak perawan dan 21,26% sudah pernah melakukan aborsi (Edelina, 2016). Perilaku seks pranikah merupakan perilaku yang dapat menimbulkan dampak negatif yang bersifat jangka panjang pada remaja diantaranya dampak psikologis, dampak social dan dampak fisik. Maka dari itu diperlukan perhatian khusus pada remaja, karena bila timbul dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab dan merusak masa depan remaja. Melalui kegiatan ini dapat memberikan pemahaman lebih jauh dan kesadaran remaja mengenai dampak perilaku seksual yang beresiko. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya memberikan pengetahuan pada remaja agar memiliki konsep diri berupa agama dan moral yang positif.
Kata Kunci : Perilaku remaja, seksual, resiko
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Data SDKI. (2017). Survei Demografi dan kesehatan (SDKI) 2017 tentang kesehatanreproduksi remaja.
Depkes, R. (2010-2011). Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Dinkes Jawa Barat. (2017). Data Dinas Kesehatan Jawa Barat.
Edelina Angwarmase, Erlisa Candrawati,Warsono. (2016) Paparan Media Berhubungan dengan Perilaku Seksual Pada Remaja, Nursing News Volume 1, Nomor 2, 201
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile.2018]. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Riskesdas. (2018). Data Riskesdas 2018.
Situmorang, A. (2011). Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di Puskesmas: Isu dan Tantangan. Diakses dari https://www.cabidigitallibrary.org.
Wahyuni, S., & Fahmi, I. (2019). Determinan Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja Pria di Indonesia Hasil SDKI. Euclid, 6(2), 177-188. Diakses dari https://ejournalugj.com/index.php/Euclid/article/view/2201
World Health Organization. (2003). Adolescent friendly health services: An agenda for change. Geneva: WHO. Diakses dari https://www.who.int/publications/i/item/9241591012
Amarta, D., Sari, D. P., & Sari, D. P. (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja. Jurnal Penelitian Kebidanan & Kespro, 1(1), 37-44.
Intan, T. (2024). Hasil pengabdian masyarakat di SMK Aras Kota Depok.
DOI: http://dx.doi.org/10.52031/jam.v5i2.969
Refbacks
- There are currently no refbacks.